ASKEP ASMA

Selasa, 08 Juni 2010

ASKEP ASMA

  1. Pengertian

PengertianAsma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

  1. Etiologi

EtiologiAsma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2. Pembengkakan membran bronkus.

3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

  1. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkriolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adnya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.



  1. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

  1. Tingkat I :
    1. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
    2. b Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

  1. Tingkat II :
    1. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
    2. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

  1. Tingkat III :
    1. Tanpa keluhan.
    2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
    3. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
  2. Tingkat IV :
    1. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
    2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
  3. Tingkat V :
    1. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
    2. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, taki kardi.

  1. Klasifikasi

Klasifikasi asmaAsma dibagi atas dua kategori, yaitu:

Ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, rokok dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis,

sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, exercise, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emphysema selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.



  1. Penatalaksanaan

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1. Pengobatan dengan obat-obatan, Seperti :Beta agonist (beta adnergik agent), Methylxanlines (enphy bronkodilator), Anti kounergik (bronkodilator), Kortikosterad, Mart cell inhibitor (lewat inhalasi)

2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : Oksigen 4-6 liter/menit., Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% yang dan berikan perlahan, Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam, Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.



  1. Komlikasi

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah

1. Pneumotoraks,

2. Atelektasis,

3. Gagal nafas,

4. Bronkhitis dan

5. Fraktur iga.

  1. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

2) Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status mental : lemas, takut, gelisahPernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.

2) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelahb.

3) Pemeriksaan fisikDada

a) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum

b) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter trnsversal

c) Keabnormalan struktur Thorax

d) Contour dada simetris

e) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata

f) RR dan ritme selama satu menit. Palpasi : Temperaur kulit, Premitus : Pibrasi dada, Pengembangan dada, Krefitasi, Masa, Edema.

g) Auskultasi : Vesikuler, Broncho vesikuler, Hyper ventilasi, Rochi, Whizing.

h) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

c. Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

1) Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

2) Tes provokasi : Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus, Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri. Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aquci destilata.

3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

4) Pemeriksaan sputum.

2. Diagnosa

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

Jalan nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

- Sesak berkurang,

- batuk berkurang,

- klien dapat mengeluarkan sputum,

- wheezing berkurang/hilang,

- vital sign dalam batas normal

- keadaan umum baik.

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : merigi, erekeis, ronkhi.

2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.

3. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.

4. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

5. Berikan air hangat.

6. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1x1 (inhalasi).

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

- Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih,

- TTV dalam batas normal,

- batuk berkurang,

- ekspansi paru mengembang

1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

6. Kolaborasi- Berikan oksigen tambahan- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Keadaan umum baik,

- mukosa bibir lembab,

- nafsu makan baik,

- tekstur kulit baik,

- klien menghabiskan porsi makan yang disediakan,

- bising usus 6-12 kali/menit,

- berat badan dalam batas normal

1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva)

2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

3. Timbang berat badan dan tinggi badan.

4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.

5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering

6. Kolaborasi- Consul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil :

- k/u klien baik,

- badan tidak lemas,

- klien dapat beraktivitas secara mandiri,

- kekuatan otot terasa pada sekala sedang

1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informan

Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

Kriteria hasil :

- Klien mengerti tentang definisi asma

- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

- Klien mengerti komplikasi dari asma

1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.

3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.

4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.